Unit usaha kontraktor penambangan PT Pamapersada Nusantara (Pama)
merupakan kontraktor penambangan utama di 14 perusahaan pemegang konsesi
tambang batu bara skala menengah dan atas di Indonesia. Hal tersebut
menjadikan Pama memiliki pangsa pasar yang terbesar di Indonesia
berdasarkan pendapatan yang diperoleh, yaitu sekitar 41% (sumber: riset
internal).
Merosotnya harga batu bara dunia sepanjang tahun 2012 telah menyebabkan
klien Pama mengurangi tingkat produksinya demi menjaga tingkat
keseimbangan pasar. Namun, program efisiensi dan peningkatan
produktivitas yang dilansir oleh Pama sejak awal tahun 2012 telah
membuahkan hasil produksi sesuai target yang ditetapkan, dari sejumlah
86,8 juta ton batu bara pada tahun 2011 menjadi 94,4 juta ton atau
meningkat sebesar 8,8%, sedangkan pemindahan tanah (overburden removal) menjadi
855,5 juta bcm atau meningkat sebesar 7,4% dibanding 796,4 juta bcm
pada tahun 2011. Untuk menunjang kegiatan operasional kontraktor
penambangan, Pama memiliki armada alat berat sebanyak 3.140 unit pada
akhir tahun 2012, yang terdiri dari 303 bulldozer, 326 excavator & shovel, 2.280 dump truck, 163 prime mover dan 68 wheel loader.
Senin, 31 Maret 2014
Minggu, 30 Maret 2014
PT Prima Multi Mineral (PMM) dan PT Tuah Turangga Agung (TTA).
Bisnis pertambangan UT dikelola melalui dua perusahaan, yaitu PT Prima Multi Mineral (PMM) dan PT Tuah Turangga Agung (TTA).
Dalam rangka pengembangan bisnis pertambangan batu bara di masa mendatang, operasional konsesi PMM dan TTA juga akan diperkuat dengan 7 tambang greenfield, terdiri dari PT Agung Bara Prima, PT Bukit Enim Energi, PT Asmin Bara Bronang, PT Asmin Bara Jaan, PT Duta Nurcahya, PT Duta Sejahtera, dan PT Piranti Jaya Utama. Saat ini tambang-tambang tersebut masih dalam tahap persiapan dan perencanaan produksi, termasuk pembangunan infrastruktur jalan dan fasilitas tambang lainnya. Hasil survei terhadap tambang-tambang baru tersebut memperkirakan jumlah keseluruhan cadangan batu bara yang dikuasai UT mencapai 424 juta ton.
Dalam rangka pengembangan bisnis pertambangan batu bara di masa mendatang, operasional konsesi PMM dan TTA juga akan diperkuat dengan 7 tambang greenfield, terdiri dari PT Agung Bara Prima, PT Bukit Enim Energi, PT Asmin Bara Bronang, PT Asmin Bara Jaan, PT Duta Nurcahya, PT Duta Sejahtera, dan PT Piranti Jaya Utama. Saat ini tambang-tambang tersebut masih dalam tahap persiapan dan perencanaan produksi, termasuk pembangunan infrastruktur jalan dan fasilitas tambang lainnya. Hasil survei terhadap tambang-tambang baru tersebut memperkirakan jumlah keseluruhan cadangan batu bara yang dikuasai UT mencapai 424 juta ton.
Sabtu, 29 Maret 2014
infrastruktur - pt astra
Astra terus aktif mengembangkan peluang investasi pada proyek-proyek
infrastruktur di tanah air yang dapat menciptakan dampak positif bagi
Indonesia maupun Astra. Dengan fundamental proyek yang tepat, portofolio
infrastruktur Astra diharapkan menjadi sumber pendapatan yang stabil
dan berkelanjutan dengan keunggulan struktur tarif yang cenderung
bergerak sejalan dengan perkembangan angka inflasi.
- PT Marga Mandalasakti (MMS)
- PT Marga Trans Nusantara
- PT Marga Harjaya Infrastruktur (MHI)
- PT Pam Lyonnaise Jaya (PALYJA)
- PT Gresik Distribution Terminal (GDT)
- PT Pelabuhan Penajam Banua Taka
Jumat, 28 Maret 2014
logistik - pt astra
Pada tahun 2012, bisnis transportasi dan logistik Astra yang dikelola di
bawah SERA membukukan pendapatan sebesar Rp 6,3 triliun, atau naik
32,1% dibandingkan tahun 2011. Kontribusi terbesar disumbangkan oleh
bidang usaha sewa kendaraan TRAC dengan 43,0% dari total pendapatan
SERA, disusul oleh unit usaha penjualan mobil bekas Mobil88 sebesar
41,2%, pendapatan bisnis logistik SELOG 14,7% dan transportasi umum
1,1%. Laba bersih mencapai Rp 301 miliar atau meningkat 14,7%
dibandingkan pencapaian tahun 2011 (dengan kontribusi sewa kendaraan
69,5%, operasional mobil bekas 15,4%, kegiatan logistik 14,2% dan
transportasi umum 0,9%).
Di akhir tahun 2012, TRAC berhasil meningkatkan jumlah armada kendaraan operasionalnya sebesar 11,1% dengan jumlah keseluruhan sebanyak 34.417. Sementara Mobil88 dan Ibid memperluas jaringan distribusi dengan penambahan kantor cabang di luar pulau Jawa. Secara keseluruhan, telah terjual 26.359 unit mobil bekas, atau tumbuh sekitar 21% dari pencapaian di tahun 2011. Untuk memperkuat kemampuan logistik, SELOG menambahkan fasilitas dan armada transportasinya sebanyak 78 truk dan 2 kapal, sehingga total fasilitas yang dikelolanya terdiri dari bangunan gudang seluas 73.500 m2, fasilitas yard seluas 67.500 m2, 791 truk dan 13 kapal. Bisnis taksi yang beroperasi di Surabaya dengan nama Orenz berkembang dengan menambah 36.0% armada taksinya menjadi 737 unit taksi pada akhir tahun 2012.
Di akhir tahun 2012, TRAC berhasil meningkatkan jumlah armada kendaraan operasionalnya sebesar 11,1% dengan jumlah keseluruhan sebanyak 34.417. Sementara Mobil88 dan Ibid memperluas jaringan distribusi dengan penambahan kantor cabang di luar pulau Jawa. Secara keseluruhan, telah terjual 26.359 unit mobil bekas, atau tumbuh sekitar 21% dari pencapaian di tahun 2011. Untuk memperkuat kemampuan logistik, SELOG menambahkan fasilitas dan armada transportasinya sebanyak 78 truk dan 2 kapal, sehingga total fasilitas yang dikelolanya terdiri dari bangunan gudang seluas 73.500 m2, fasilitas yard seluas 67.500 m2, 791 truk dan 13 kapal. Bisnis taksi yang beroperasi di Surabaya dengan nama Orenz berkembang dengan menambah 36.0% armada taksinya menjadi 737 unit taksi pada akhir tahun 2012.
Kamis, 27 Maret 2014
astragraphia
PT Astra Graphia Tbk (Astragraphia) merupakan anak perusahaan Astra
dengan kepemilikan sebesar 76,9% yang sahamnya tercatat di Bursa Efek
Indonesia. Astragraphia menawarkan solusi bisnis berbasis Document, Information, & Communication Technology (DICT).
Solusi dokumen dijalankan langsung oleh Astragraphia sebagai
distributor eksklusif dari Fuji Xerox. Solusi ICT dijalankan oleh anak
perusahaannya, yaitu PT Astra Graphia Information Technology (AGIT) yang
menjalin kerja sama dengan SAP, Oracle, HP, IBM, Microsoft, dan Cisco.
Selanjutnya, solusi mobile banking dijalankan oleh PT AGIT
Monitise Indonesia, yang merupakan perusahaan patungan dari AGIT yang
bermitra dengan Monitise Asia Pacific. Astragraphia mempunyai 24 kantor
cabang dan 79 depo layanan di Indonesia.
Rabu, 26 Maret 2014
csr astra
Sebagai warga korporasi yang bertanggung jawab, Astra menyadari bahwa
kinerja usahanya tidak hanya diukur dari kinerja keuangan semata. Bagi
Astra, menjadi perusahaan kebanggaan bangsa berarti mampu meraih
keberlanjutan usahanya dalam jangka panjang, termasuk dengan
sebaik-baiknya mengelola dampak sosial dan dampak lingkungan sehingga
tercipta hubungan yang harmonis dan sinergis dengan masyarakat di
lingkungan sekitar instalasi Astra, bagi bangsa dan bagi dunia secara
luas. Menjadi perusahaan kebanggaan bangsa juga berarti Astra mampu
menjadi perusahaan yang dihormati dan dicintai oleh seluruh pemangku
kepentingan.
Menginjak usia yang ke-55, merupakan momen yang istimewa dan sekaligus
kesempatan yang baik untuk kembali mempertegas kehadiran Astra di
Indonesia sebagai salah satu aset bangsa yang berharga. Peringatan HUT
ke-55 Astra dengan tema ‘Berbagi Bersama Bangsa’, diselenggarakan
sepanjang tahun dengan penyelenggaraan berbagai program dan aktivitas
Tanggung Jawab Sosial (CSR) yang mencerminkan apresiasi Astra terhadap
bangsa dan negara Indonesia yang telah menjadi sumber inspirasi selama
perjalanannya sampai saat ini.
Program CSR HUT ke-55 Astra
Mengusung tema ‘Berbagi Bersama Bangsa’, HUT ke-55 Astra merupakan momen yang bersejarah untuk dimeriahkan dengan rangkaian penyelenggaraan program CSR sebagai wujud apresiasi Astra serta komitmen untuk tumbuh kembang bersama bangsa Indonesia. Usia 55 tahun Astra tahun 2012 dirayakan di seluruh Indonesia dengan program khusus kegiatan CSR sebagai wujud dari Berbagi Bersama Bangsa. Peringatan HUT ke-55 Astra ditandai dengan program 55.000 jam Astra Berbagi Ilmu, 55.000 jam Pelatihan Usaha Kecil Menengah, 550.000 pohon Astra untuk Lingkungan, dan 55.000 kantong darah untuk Kesehatan. Seluruh program tersebut tercapai melebihi target yang dicanangkan dengan melibatkan seluruh kelompok bisnis Astra.
Mengusung tema ‘Berbagi Bersama Bangsa’, HUT ke-55 Astra merupakan momen yang bersejarah untuk dimeriahkan dengan rangkaian penyelenggaraan program CSR sebagai wujud apresiasi Astra serta komitmen untuk tumbuh kembang bersama bangsa Indonesia. Usia 55 tahun Astra tahun 2012 dirayakan di seluruh Indonesia dengan program khusus kegiatan CSR sebagai wujud dari Berbagi Bersama Bangsa. Peringatan HUT ke-55 Astra ditandai dengan program 55.000 jam Astra Berbagi Ilmu, 55.000 jam Pelatihan Usaha Kecil Menengah, 550.000 pohon Astra untuk Lingkungan, dan 55.000 kantong darah untuk Kesehatan. Seluruh program tersebut tercapai melebihi target yang dicanangkan dengan melibatkan seluruh kelompok bisnis Astra.
Rangkaian kegiatan lainnya adalah:
- Jelajah Dunia Astra, sebuah acara edukatif dan hiburan bagi seluruh anggota keluarga, termasuk pelanggan dan karyawan Astra berupa pameran produk dan jasa Grup Astra di enam lini bisnisnya, acara hiburan di Alun-Alun Astra, kuliner Aneka Jajanan Khas Nusantara di Kedai Astra, area bermain anak sambil belajar mengenal produk-produk Astra di Zona Anak Astra dan informasi tentang kegiatan CSR Astra selama 55 tahun di Galeri Foto 55 Tahun Astra;
- Astra Green Lifestyle, dihadiri lebih dari 15.000 pengunjung yang mengikuti berbagai aksi lingkungan pemilahan sampah dan pembuatan biopori, Eco Exhibition, Fun Bike, uji emisi dan Green Talk;
- SATU Indonesia Awards, memberikan penghargaan bagi generasi muda Indonesia yang berprestasi dan memiliki kontribusi positif untuk lingkungan dan masyarakat sekitarnya.
Selasa, 25 Maret 2014
sebuah fakta astra
PT Astra International Tbk meraih penghargaan sebagai Best Employers in Indonesia 2011. Penghargaan ini adalah kolaborasi dari AON-Hewitt dan Majalah Globe Asia. Best Employers Asia adalah
sebuah penelitian terbesar di Asia Pasifik di bidang sumber daya
manusia yang meliputi lebih dari 900 organisasi yang mewakili pendapat
lebih dari 2 juta karyawan, dimulai sejak 2001
Senin, 24 Maret 2014
Minggu, 23 Maret 2014
Sabtu, 22 Maret 2014
Jumat, 21 Maret 2014
Sejarah pt astra agro lestari tbk
Sejarah pt astra agro lestari tbk
PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) merupakan
sebuah perusahaan yang bergerak di bidang management bahan-bahan perkebunan,
seperti kelapa sawit, karet, teh, cokelat dan minyak masak, Perusahaan yang
telah berdiri sejak tanggal 3 Oktober 1988 ini merupakan produsen kelapa sawit
terbesar di Indonesia yang telah memenuhi berbagai segmen pasar, baik di dalam
dan luar negeri. Perusahaan ini memperluas cakupan bisnisnya dengan merangkul
induk perusahaannya yakni PT Astra International Tbk yang memutuskan untuk
menciptakan bisnis baru di sektor perkebunan singkong dan karet. Di samping
itu, karena bisnis kelapa sawit terlihat sangat menjanjikan di pasaran membuat
AALI mencoba peruntungan untuk lebih fokus dalam pengembangan bisnis kelapa
sawit.
Pada tahun 1984, management bersama PT Tunggal Perkasa Plantations yang telah memiliki lebih dari 15.000 hektar perkebunan kelapa sawit yang terletak di Riau, Sumatera bekerja dalam pertumbuhan produksi kelapa sawit. Beberapa tahun kemudian, pada 1988 PT Astra International Tbk memutuskan untuk membentuk bisnis kelapa sawit terbaru yang berlabel PT Suryaraya Cakrawala untuk lebih memperkokoh kedudukan industri ini. Selanjutnya, pada tahun 1989 perusahaan ini kembali berubah nama menjadi PT Astra Agro Niaga yang pada akhirnya bersama PT Suryaraya Bahtera merger membentuk perusahaan baru bernama PT Astra Agro Lestari pada tahun 1997.
Sejak Desember 1997, perusahaan ini telah berhasil masuk dalam daftar saham di Bursa Efek Jakarta dengan kepemilikan saham publik sebesar 20,3%. Setelah mengalami merger, akuisisi dan mengalami beberapa perkembangan, PT Astra Agro Lestari Tbk berhasil membukukan total aset sebesar Rp. 12,42 triliun pada akhir 2012. Hingga sekarang, perusahaan ini telah mempekerjakan lebih dari 28.109 orang karyawan yang bertanggungjawab untuk mengelola lebih dari 272.994 hektar perkebunan kelapa sawit yang tersebar di Sumatera, Kalimantan dan sulawesi. Salah satu bentuk prestasi yang ditorehkan AAIL adalah berhasil mendapatkan sertifikat Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) pada tanggal 8 Maret 2013. Dengan komitmen dan dedikasi yang tinggi terhadap perkembangan kelapa sawit Indonesia, AAIL ke depannya diharapkan bisa menjaga eksistensinya sebagai perusahaan sektor perkebunan yang paling produktif dan inovatif di dunia.
Pada tahun 1984, management bersama PT Tunggal Perkasa Plantations yang telah memiliki lebih dari 15.000 hektar perkebunan kelapa sawit yang terletak di Riau, Sumatera bekerja dalam pertumbuhan produksi kelapa sawit. Beberapa tahun kemudian, pada 1988 PT Astra International Tbk memutuskan untuk membentuk bisnis kelapa sawit terbaru yang berlabel PT Suryaraya Cakrawala untuk lebih memperkokoh kedudukan industri ini. Selanjutnya, pada tahun 1989 perusahaan ini kembali berubah nama menjadi PT Astra Agro Niaga yang pada akhirnya bersama PT Suryaraya Bahtera merger membentuk perusahaan baru bernama PT Astra Agro Lestari pada tahun 1997.
Sejak Desember 1997, perusahaan ini telah berhasil masuk dalam daftar saham di Bursa Efek Jakarta dengan kepemilikan saham publik sebesar 20,3%. Setelah mengalami merger, akuisisi dan mengalami beberapa perkembangan, PT Astra Agro Lestari Tbk berhasil membukukan total aset sebesar Rp. 12,42 triliun pada akhir 2012. Hingga sekarang, perusahaan ini telah mempekerjakan lebih dari 28.109 orang karyawan yang bertanggungjawab untuk mengelola lebih dari 272.994 hektar perkebunan kelapa sawit yang tersebar di Sumatera, Kalimantan dan sulawesi. Salah satu bentuk prestasi yang ditorehkan AAIL adalah berhasil mendapatkan sertifikat Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) pada tanggal 8 Maret 2013. Dengan komitmen dan dedikasi yang tinggi terhadap perkembangan kelapa sawit Indonesia, AAIL ke depannya diharapkan bisa menjaga eksistensinya sebagai perusahaan sektor perkebunan yang paling produktif dan inovatif di dunia.
Kamis, 20 Maret 2014
Dealer pt astra otoparts tbk in indonesia
|
Rabu, 19 Maret 2014
Perkembangan pt astra agro lestari tbk
Perkembangan pt astra agro lestari tbk
Astra Agro Lestari merupakan perusahaan
multinasional yang memproduksi perkebunan yang bermarkas di Jakarta, Indonesia.
Perusahaan ini didirikan pada tahun 1989. Perusahaan ini menghasilkan berbagai
macam-macam bahan perkebunan.
PT Astra Agro Lestari Tbk (AAL) adalah salah satu produsen minyak kelapa sawit mentah (CPO) terbesar di Indonesia. AAL tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan Astra International sebagai pemegang saham utama sebesar 79,7%.
Dalam menjalankan usahanya secara berkelanjutan AAL fokus untuk meningkatkan produktivitas dan rendemen (tingkat ekstraksi). Hal ini dilakukan dengan menjalankan berbagai program intensifikasi seperti penerapan mekanisasi dalam kegiatan pemupukan dan panen; riset dan pengembangan untuk meningkatkan kualitas kebun dan menjamin ketersediaan bibit kelapa sawit di masa depan dan program penanaman kembali yang telah dimulai sejak tahun 2009 dan 2010.
AAL berada dalam posisi yang tepat untuk memanfaatkan keterbatasan pasokan di pasar yang diakibatkan oleh meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap masalah pemeliharaan lingkungan.
Sejarah Astra Agro Lestari Tbk dapat ditelusuri kembali ke sekitar 30 tahun yang lalu saat PT Astra International, mendirikan unit usaha pertanian untuk mengembangkan perkebunan ubi kayu di areal seluas 2.000 hektare (ha).
Seiring permintaan pasar, unit usaha itu melakukan alih usaha berubah menjadi perkebunan karet. Selanjutnya, melihat prospek yang bagus di bisnis kelapa sawit, anak usaha Astra ini memutuskan menggarap bisnis di segmen tersebut tahun 1984 dengan mengakuisisi PT Tunggal Perkasa Plantations, yang memiliki total luas 15.000 ha perkebunan kelapa sawit di Provinsi Riau.
Tonggak sejarah Astra Agro terjadi pada 1988, ketika Astra International membuat segmen kelapa sawit dari unit bisnis sebagai entitas baru dengan nama PT Suryaraya Cakrawala. Selanjutnya, pada tahun 1989, nama anak perusahaan diubah menjadi PT Astra Agro Niaga. Kemudian pada tahun 1997, PT Astra Agro Niaga melakukan merger dengan Suryalaya Bahtera dan berubah nama jadi Astra Agro Lestari.
Sebagai bagian dari grup besar, Astra Agro ingin menerapkan tata kelola perusahaan yang baik. Akhirnya pada Desember 1997, Astra Agro Lestari menjadi perusahaan publik dengan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES), yang kemudian merger dan bernama Bursa Efek Indonesia (BEI).
Selain mewujudkan good corporat governance (GCG), langkah go public Astra Agro juga sebagai bentuk menggalang dana dari pasar modal. Saat penawaran umum perdana (IPO), Astra Agro menawarkan 125.800.000 saham kepada masyarakat dengan harga Rp1.550 per saham. Kini, saham emiten berkode AALI ini bertengger di kisaran Rp23.000.
Astra Agro Lestari merupakan perusahaan panghasil minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) dan Kernel Palm Oil (KPO) yang merupakan bahan dasar untuk pembuatan minyak goreng, margarine, sabun, perlengkapan kosmetik, atau pupuk.
Bermula dari 2.000-an ha lahan di Riau, lahan perkebunan kelapa sawit Astra Agro kini tersebar di Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.
Saat ini total pabrik pengolahan Astra Agro dan anak usaha memiliki kapasitas produksi 940 ton tandan buah per jam dan 600 ton kernel per hari dan 300 ton CPO per hari. Keseluruhan proses produksi itu dikerjakan melalui anak usaha yang meliputi PT Sari Lembah Subur, PT Eka Dura Indonesia, PT Tunggal Perkasa Plantations, hingga PT Sawit Asahan Indah.
Total kapasitas produksi itu belum memperhitungkan dua pabrik baru yang dibangun pada tahun 2012 yang berlokasi di Kalimantan dan Sulawesi.
Direktur Astra Agro, Santosa mengungkapkan, pabrik itu dirancang berkapasitas 45 ton tandan buah segar (TBS) per jam. Nilai investasi untuk satu pabrik berkisar Rp100 miliar hingga Rp120 miliar.
Menurut Santosa, AALI perlu membangun pabrik untuk mendukung sektor hulu. "Diharapkan, dua pabrik ini bisa beroperasi dalam lima tahun mendatang," kata dia.
Dua proyek ini merupakan kelanjutan dari ekspansi produksi AALI pada tahun-tahun sebelumnya, yakni pembangunan dua PKS di Kalimantan Selatan (Kalsel) dan Kalimantan Timur (Kaltim). Dua pabrik yang beroperasi penuh awal 2012 memiliki kapasitas masing-masing 45 ton per jam, dan 30 ton per jam.
Melihat gerak ekspansi perusahaan, tak heran hingga semester I-2012 Astra Agro Lestari membukukan pendapatan Rp5,65 triliun atau naik 6,6% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya Rp5,3 triliun.
Dari total pemasukan tersebut, pendapatan yang berhasil dibukukan dari penjualan minyak sawit mentah sepanjang paruh pertama tahun ini mencapai Rp5,08 triliun. Nilai ini meningkat 11,89% dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp4,54 triliun.
Kenaikan pendapatan Astra Agro tidak sekedar karena kenaikan harga CPO, melainkan beriringan dengan bertambahnya volume. Hingga akhir semester pertama tahun 2012, Astra Agro berhasil meningkatkan volume penjualan CPO sebesar 13,7 persen menjadi 644.439 ton dibanding periode yang sama tahun sebelumnya se banyak 566.774 ton.
Beberapa anak perusahaan PT Astra Agro Lestari Tbk (AAL). telah menggunakan mobil FIN Komodosebanyak lebih dari 50 (lima puluh unit) FIN Komodo, yang terus bertambah sesuai degan kebutuhan sejak pertengahan tahun 2012, dimana FIN Komodo digunakan sebagai operasional di Perkebunan Kelapa Sawit, terutama sekali digunakan sebagai perbaikan jalan di area perkebunan Kelapa Sawit.
Berikut ini adalah testimoni dari pengguna FIN Komodo di di salah satu anak perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit PT Astra Agro Lestari, yang berlokasi di daerah Mamuang, dan dibandingkan dengan cara perawatan jalan yang biasa dilakukan Group Astra Agro Lestari, dengan menggunakan FIN Komodo bisa menghemat hampir 90% ditinjau dari investasi dan biaya operasionalnya
PT Astra Agro Lestari Tbk (AAL) adalah salah satu produsen minyak kelapa sawit mentah (CPO) terbesar di Indonesia. AAL tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan Astra International sebagai pemegang saham utama sebesar 79,7%.
Dalam menjalankan usahanya secara berkelanjutan AAL fokus untuk meningkatkan produktivitas dan rendemen (tingkat ekstraksi). Hal ini dilakukan dengan menjalankan berbagai program intensifikasi seperti penerapan mekanisasi dalam kegiatan pemupukan dan panen; riset dan pengembangan untuk meningkatkan kualitas kebun dan menjamin ketersediaan bibit kelapa sawit di masa depan dan program penanaman kembali yang telah dimulai sejak tahun 2009 dan 2010.
AAL berada dalam posisi yang tepat untuk memanfaatkan keterbatasan pasokan di pasar yang diakibatkan oleh meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap masalah pemeliharaan lingkungan.
Sejarah Astra Agro Lestari Tbk dapat ditelusuri kembali ke sekitar 30 tahun yang lalu saat PT Astra International, mendirikan unit usaha pertanian untuk mengembangkan perkebunan ubi kayu di areal seluas 2.000 hektare (ha).
Seiring permintaan pasar, unit usaha itu melakukan alih usaha berubah menjadi perkebunan karet. Selanjutnya, melihat prospek yang bagus di bisnis kelapa sawit, anak usaha Astra ini memutuskan menggarap bisnis di segmen tersebut tahun 1984 dengan mengakuisisi PT Tunggal Perkasa Plantations, yang memiliki total luas 15.000 ha perkebunan kelapa sawit di Provinsi Riau.
Tonggak sejarah Astra Agro terjadi pada 1988, ketika Astra International membuat segmen kelapa sawit dari unit bisnis sebagai entitas baru dengan nama PT Suryaraya Cakrawala. Selanjutnya, pada tahun 1989, nama anak perusahaan diubah menjadi PT Astra Agro Niaga. Kemudian pada tahun 1997, PT Astra Agro Niaga melakukan merger dengan Suryalaya Bahtera dan berubah nama jadi Astra Agro Lestari.
Sebagai bagian dari grup besar, Astra Agro ingin menerapkan tata kelola perusahaan yang baik. Akhirnya pada Desember 1997, Astra Agro Lestari menjadi perusahaan publik dengan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES), yang kemudian merger dan bernama Bursa Efek Indonesia (BEI).
Selain mewujudkan good corporat governance (GCG), langkah go public Astra Agro juga sebagai bentuk menggalang dana dari pasar modal. Saat penawaran umum perdana (IPO), Astra Agro menawarkan 125.800.000 saham kepada masyarakat dengan harga Rp1.550 per saham. Kini, saham emiten berkode AALI ini bertengger di kisaran Rp23.000.
Astra Agro Lestari merupakan perusahaan panghasil minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) dan Kernel Palm Oil (KPO) yang merupakan bahan dasar untuk pembuatan minyak goreng, margarine, sabun, perlengkapan kosmetik, atau pupuk.
Bermula dari 2.000-an ha lahan di Riau, lahan perkebunan kelapa sawit Astra Agro kini tersebar di Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.
Saat ini total pabrik pengolahan Astra Agro dan anak usaha memiliki kapasitas produksi 940 ton tandan buah per jam dan 600 ton kernel per hari dan 300 ton CPO per hari. Keseluruhan proses produksi itu dikerjakan melalui anak usaha yang meliputi PT Sari Lembah Subur, PT Eka Dura Indonesia, PT Tunggal Perkasa Plantations, hingga PT Sawit Asahan Indah.
Total kapasitas produksi itu belum memperhitungkan dua pabrik baru yang dibangun pada tahun 2012 yang berlokasi di Kalimantan dan Sulawesi.
Direktur Astra Agro, Santosa mengungkapkan, pabrik itu dirancang berkapasitas 45 ton tandan buah segar (TBS) per jam. Nilai investasi untuk satu pabrik berkisar Rp100 miliar hingga Rp120 miliar.
Menurut Santosa, AALI perlu membangun pabrik untuk mendukung sektor hulu. "Diharapkan, dua pabrik ini bisa beroperasi dalam lima tahun mendatang," kata dia.
Dua proyek ini merupakan kelanjutan dari ekspansi produksi AALI pada tahun-tahun sebelumnya, yakni pembangunan dua PKS di Kalimantan Selatan (Kalsel) dan Kalimantan Timur (Kaltim). Dua pabrik yang beroperasi penuh awal 2012 memiliki kapasitas masing-masing 45 ton per jam, dan 30 ton per jam.
Melihat gerak ekspansi perusahaan, tak heran hingga semester I-2012 Astra Agro Lestari membukukan pendapatan Rp5,65 triliun atau naik 6,6% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya Rp5,3 triliun.
Dari total pemasukan tersebut, pendapatan yang berhasil dibukukan dari penjualan minyak sawit mentah sepanjang paruh pertama tahun ini mencapai Rp5,08 triliun. Nilai ini meningkat 11,89% dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp4,54 triliun.
Kenaikan pendapatan Astra Agro tidak sekedar karena kenaikan harga CPO, melainkan beriringan dengan bertambahnya volume. Hingga akhir semester pertama tahun 2012, Astra Agro berhasil meningkatkan volume penjualan CPO sebesar 13,7 persen menjadi 644.439 ton dibanding periode yang sama tahun sebelumnya se banyak 566.774 ton.
Beberapa anak perusahaan PT Astra Agro Lestari Tbk (AAL). telah menggunakan mobil FIN Komodosebanyak lebih dari 50 (lima puluh unit) FIN Komodo, yang terus bertambah sesuai degan kebutuhan sejak pertengahan tahun 2012, dimana FIN Komodo digunakan sebagai operasional di Perkebunan Kelapa Sawit, terutama sekali digunakan sebagai perbaikan jalan di area perkebunan Kelapa Sawit.
Berikut ini adalah testimoni dari pengguna FIN Komodo di di salah satu anak perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit PT Astra Agro Lestari, yang berlokasi di daerah Mamuang, dan dibandingkan dengan cara perawatan jalan yang biasa dilakukan Group Astra Agro Lestari, dengan menggunakan FIN Komodo bisa menghemat hampir 90% ditinjau dari investasi dan biaya operasionalnya
Selasa, 18 Maret 2014
Business Portfolio pt astra otoparts tbk
Business Portfolio pt astra otoparts tbk
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
Langganan:
Postingan (Atom)